Edukasi Soal Adopsi Aset Kripto di Indonesia Masih Kurang

JawaPos.com â€" Adopsi aset kripto di Indonesia pada 2021 ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Mengutip data dari data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag), jumlah investor aset kripto pada Februari 2021 mencapai 4,5 juta, kemudian meningkat jadi 7 juta di Agustus 2021.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 275 juta jiwa, jumlah investor aset kripto di Indonesia ini tergolong relatif kecil. Hal ini memerlukan adanya edukasi lebih lanjut lagi di masyarakat agar tingkat adopsi aset Kripto di Indonesia bisa terus meningkat.

Melalui jumpa pers daring pada Rabu (29/9) kemarin, Country Manager Luno Indonesia, Jay Jayawijayaningtiyas mengungkapkan, guna meningkatkan pemahaman masyarakat terkait aset kripto, Luno yang merupakan platform perdagangan kripto juga terus berfokus pada upaya meningkatkan literasi dan edukasi seputar kripto.

“Tantangan utama adopsi investasi kripto terletak pada pemahaman dan pengetahuan masyarakat umum yang masih kurang,” ungkap Jay.

Kemudian, berdasarkan studi yang dilakukan Luno bekerja sama dengan YouGov, tiga alasan utama orang tidak berinvestasi di aset kripto karena kurangnya pengetahuan tentang aset kripto (62 persen), tidak ada teman atau keluarga yang investasi di kripto (29 persen), dan khawatir uangnya tidak kembali (26 persen).

Namun dalam lima tahun ke depan, hasil survei tersebut menyebutkan kalau mayoritas (33 persen) berencana menabung lewat kripto walau tidak lebih 10 persen dari total pendapatan mereka.
Survei ini juga mengungkapkan kalau 29 persen responden telah memulai investasi kripto dalam 2 tahun terakhir.

Angka ini didominasi oleh investor berusia 25-34 tahun. Namun, mayoritasnya (30 persen) mengalokasikan tidak lebih dari 10 persen aset tabungannya. Di sisi lain, optimisme investor terhadap potensi pertumbuhan aset kripto juga cukup tinggi, di mana sekitar 58 persen meyakini bahwa nilai kripto akan meningkat dalam waktu 10 tahun ke depan.

“Berdasarkan hasil studi ini, ditemukan bahwa sebetulnya ada motivasi dan ketertarikan dari masyarakat terkait aset kripto, namun tidak didukung oleh informasi yang memadai,” kata Jay menambahkan.

Untuk upaya edukasi, pada awal 2021, Luno Indonesia telah meluncurkan program edukasi bernama Luno Academy agar setiap orang bisa mempelajari tentang aset kripto dengan mudah melalui website dan aplikasinya.

Edukasi tersebut kata Jay dilakukan untuk menghapuskan stigma di masyarakat yang memandang bahwa investasi kripto rumit dan hanya bisa dilakukan bagi institusi atau yang sudah sangat berpengalaman.

“Untuk itu, strategi kami adalah dengan memperbanyak konten pendidikan yang simpel, mudah dipahami dan gratis, baik di media sosial, acara virtual dan offline, serta aplikasi. Tujuannya agar bisa membantu investor baru agar bisa memahami fundamental investasi kripto hanya dalam waktu kurang dari satu jam,” tandas Jay.

Sebagai informasi juga, untuk investasi aset Kripto, masyarakat tidak boleh sembarangan memilih platform penyedia layanan investasi. Mesti jeli dengan melihat apakah platform tersebut terdaftar di Bappebti Kemendag atau tidak untuk memastikan investasi aman dan terpercaya.

0 Response to "Edukasi Soal Adopsi Aset Kripto di Indonesia Masih Kurang"

Post a Comment